Sabtu, 11 September 2010

Surat Untuk Istriku...

Assalamu'alaikum...

Istriku...
Keinginan untuk menulis surat ini sudah lama aku pendam. 9 bulan 6 hari tepatnya. Saat pertama kali kita berdua mengetahui kehamilanmu. Sebenarnya saat itu juga aku ingin menulis sesuatu untukmu tetapi rasa khawatir lebih dominan mempengaruhiku karena perjalanan ke depan sampai bayi kita lahir masih penuh tanda tanya. Alhamdulillah.. sekarang buah hati itu telah hadir di tengah kita, insya Allah dia akan dijaga oleh Yang Menitipkannya. Amin.

Istriku...
5 tahun sudah kita jalani rumah tangga ini dengan segala onak dan duri. Keributan kecil sampai besar kita alami...yach seperti umumnya rumah tangga lainnya. Tapi 'topik' yg selalu kamu khawatirkan adalah kehadiran seorang anak. Kamu begitu khawatir ditinggalkan aku, ditambah lagi ada saat dimana infotaiment rame2 mengumbar berita tentang poligami. wadoh! tambah kacau!

Istriku...
Alhamdulillah atas jalan2 Allah kamu akhirnya hamil dan sekarang telah melahirkan putri mungil kita. Anak yang begitu kita idam2kan. Anak yang membuat sujud2 kita penuh dengan air mata. Anak yang membuat aku rela 'berhujan ria' untuk mencari makanan keinginanmu yang selalu kamu atas namakan permintaan sang jabang bayi. Padahal hanya 2 atau 3 sendok saja yang dicicipi...sangat tidak sebanding dengan perjuanganku untuk mendapatkan makanan itu. Dan itu tidak hanya sekali! Nevermind..aku sangat ikhlas!

Istriku...
Aku ingin berterima kasih padamu karena telah mengandung anak kita selama 9 bulan. Aku tahu terdengar sangat 'aneh'. Tapi aku baru mengalami, melihat dan merasakan sendiri perjuanganmu dalam menjaga kehamilanmu. Kamu masih sempat membuatkan aku teh setiap pagi mau ke kantor dan setiap pulang kantor. Kamu masih sempat menyetrika baju kantorku. Padahal perut semakin membuncit. Dan masih sangat jelas teringat di usia kandungan menjelang 9 bulan, ketika kamu begitu susah tidur karena sang bayi menendang nendang perutmu, mungkin tidak setuju dengan posisi itu. Tapi kamu masih tersenyum dan berkata "bayi kita semakin kuat!"

Istriku...
Aku baru merasakan betapa besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya ketika bayi kita lahir (cara operasi). Dengan masih dipengaruhi oleh obat bius dengan terbata-bata kamu masih menanyakan keadaan bayi kita....."Dan tu ade sehat?"........"Dan tu ade sempurna?" Subhanallah Ya Allah...jujur aku langsung menitikkan airmata dan terus membisikkan kata-kata agar istirahat saja dulu.., alhamdulillah bayi sehat dan sempurna. Tapi kamu terus mengulang2 pertanyaan tersebut. Ya Allah aku mohon ampun atas segala dosa yang selama ini aku perbuat kepada kedua orangtuaku, baik disengaja maupun tidak. Dengan air mata aku menelpon mama, mengabari kelahiran cucunya sekaligus menanyakan progres kesehatannya karena beliau memang lg sakit. Air mata ini terus menetes membayangkan perjuangan beliau melahirkan kelima anaknya secara normal!.. Ya Allah sekali lg aku mohon ampun padaMU. Ya Allah sayangilah kedua orangtuaku seperti mereka menyayangiku dari kecil....

Istriku...
Senang melihat kamu terus tersenyum. Seakan-akan lelah yang kamu jalani selama 9 bulan sirna. Luka akibat goresan pisau bedah tidak lagi dirasakan. Kadang aku menggodamu dengan membisikkan kata bahwa perbuatanku begitu jahat sehingga kamu hamil dan begitu menderita. Kamu memukul bahuku sambil tersenyum. Pukulan sayanglah yang kurasakan dan senyum itu sangat menghiburku. Eforia baru.. kita rasakan dengan kehadiran sang bayi. Tak pernah bosan kita pandangi wajah mungil itu. Tak pernah bosan kita ciumi kulit halus itu. Tak pernah bosan kita peluk tubuh mungil itu. Subhanallah!

Istriku...
Aku ingin mengatakan padamu bahwa anak adalah titipan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. Jangan sampai rasa cinta kita pada titipan itu, sampai melupakan Yang Menitipkannya. Cintai anak kita seperti cinta kita kepada Allah karena itulah 'Cinta Hakiki'. Didik anak kita dengan kasih sayang dari Allah. Didik dengan agama Allah, insya Allah anak-anak kitalah yang akan membuat kita selamat dan bahagia dunia akhirat. Yakinlah itu istriku!


Istriku...
Aku berjanji akan membalas segala perjuanganmu dalam mengandung, melahirkan dan menjaga anak kita dengan menjadi seorang suami sekaligus ayah yang amanah. Dalam surat ini aku juga mohon maaf atas segala tingkah laku dan perbuatanku selama ini yang menyakitkan hatimu. Aku bukanlah suami yang sempurna, bukan suami yang dapat memberikan materi yang berlebih kepadamu. Tapi yakinlah aku bisa menjadi pacar sejatimu, teman kencan paling romantismu dan teman terbaik untuk curhatmu,.. terutama insya Allah.. menjadi Imam bagi keluarga kita.

Istriku...
Sebelum mengakhiri surat ini, sekali lagi aku berterima kasih telah mengandung dan melahirkan bayi kita, putri kita. Asuh dia dengan cinta kasih Allah, insya Allah menjadi kebanggaan keluarga dan agama seperti nama yang kita berikan padanya.......... Alyyah Zahwa Harisun = Kebanggan Tertinggi Harisun... Amin!



Wassalam.

Suamimu.









Gorontalo, 8 Agustus 2010

1 komentar:

  1. Subhanallah Mass... Sungguh mulia nya dirimu sebgai seorang ayah... jujur air mata ku jatuh saat ku bca surat mu ini ... aku bru sadar bgaimna besarx cinta 'n ksih sayang seorang ibu kpda ku... yg aku tdk pernh mngucapkn trima kasih 'n mnyadari itu... semoga Mas mnjdi suami yg sempunra mas... aku dukung itu ...
    ... wasslam ... syaifullah arifin

    BalasHapus